Download Silabus Antropologi K13 Revisi 2016 Sma/Ma/Smk/Mak

Download Silabus Mata Pelajaran Antropologi Kurikulum  Download Silabus Antropologi K13 Revisi 2016 SMA/MA/SMK/MAK

Download Silabus Mata Pelajaran Antropologi Kurikulum 2013 Revisi 2016 Sekolah Menengan Atas MA Sekolah Menengah kejuruan MAK


Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga gampang dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan biar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; gampang diajarkan oleh guru (teachable); gampang dipelajari oleh penerima didik (learnable); terukur pencapainnya (measurable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan penerima didik.

Berikut ialah tautan download untuk silabus mata pelajaran Antropologi tersebut.



Berikut kami cuplikkan isi dari silabus antropologi tersebut:


Daftar Isi i
I. Pendahuluan 1
A. Rasional 1
B. Kompetensi Peserta Didik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Pendidikan Dasar dan Kelompok Ilmu Sosial di Pendidikan Menengah…………..4
C. Kompetensi Jenjang Pembelajaran Antropologi Pendidikan Dasar dan Menengah 5
D. Kerangka Pengembangan Kurikulum Antropologi 5
E. Pembelajaran dan Penilaian 8
F. Kontekstualisasi Pembelajaran sesuai dengan Keunggulan Daerah dan Kebutuhan Sekolah Serta Siswa 9
II. Kompetensi Dasar, Materi dan Kegiatan Pembelajaran 10

SILABUS MATA PELAJARAN ANTROPOLOGI SMA

I. Pendahuluan

A. Rasional

Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga gampang dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan biar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; gampang diajarkan oleh guru (teachable); gampang dipelajari oleh penerima didik (learnable); terukur pencapainnya (measurable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan penerima didik.
Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, danmemberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus meliputi kompetensi dasar, materi pokok, alternatif pembelajaran dan penilaianya. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktifitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru sanggup mengembangkan aneka macam model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru dibutuhkan kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang diubahsuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan siswa.
Selama ini diakui bahwa pembelajaran Antropologi masih menitikberatkan pada penguasaan pengetahuan atau materi ilmu Antropologi.Pada hal dalam memasuki masa ke-21, bangsa kita dihadapkan pada beberapa tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, pembelajaran Antropologi harus sanggup memperlihatkan pencerahan dan pencerdasan biar siswa bisa menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negatif, sebaliknya siswa sanggup mengambil sikap proaktif membangun dan mengembangkan semangat persatuan, toleransi, empati, kerukunan, berfikir kreatif, inovatif dan positif.

Agar sanggup menjawab aneka macam tantangan tersebut di atas, pembelajaran Antropologi diarahkan kepada penguasaan aspek terapan, sehingga mempunyai kegunaan dalam kehidupan sehari-sehari siswa. Misalnya, bagaimanamenyikapi aneka macam perbedaan budaya dan agama secara simpatik, toleran, saling menghormati, dan berempati.

Sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa Antropologi hanya mempelajari masyarakat terasing atau fosil-fosil.Ini merupakan pandangan masa lampau yang sudah banyak mengalami perubahan.Saat ini Antropologi mempelajari baik masyarakat lampau mupun masyarakat masa kini, pedesaan mupun perkotaan. Perbedaan Antropologi dengan ilmu lain ibarat sosiologi, psikologi,arkeologi dan geografi terletak pada penggunaan metode penelitian, konsep-konsep dasarnya, dan masalah-masalah fundamental yang perlu dijawab.

Sehubungan dengan hal tersebut, kurikulum Antropologi ini menginginkan adanya perubahan pola pikir (mindset) para pendidik biar proses pembelajaran lebih bermakna dan lebih efektif. Siswa diperkenalkan dengan kondisi sosiokultural nyata, konsep-konsep dasar, pengetahuan prosedural untuk mendorong terjadinya proses metakognitif.

Tema pengembangan Kurikulum 2013 ialah kurikulum yang sanggup mewujudkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terintegrasi. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang. Seterusnya siswajuga didorong untuk berpartisipasi secara aktif, memperlihatkan ruang yang cukup bagi tumbuhnya prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis mereka.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan memakai taktik pembelajaran sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa (student centered learning);
2. Pembelajaran interaktif (interaktif guru-siswa-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);
3. Pembelajaran dirancang secara jejaring (networking), siswa sanggup menimba ilmu dari siapa saja, dari mana saja,dan dengan cara apa saja;
4. Pembelajaran bersifat aktif (siswa didorong untuk aktif mencari informasi melalui pendekatan saintifik);
5. Pelajar kelompok (berbasis tim);
6. Pembelajaran berbasis multimedia;
7. Pembelajaran berbasis pengguna (user based learning) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap siswa;
8. Pola pembelajaran memakai ilmu pengetahuan jamak(multidisciplines);
9. Pembelajaran yang mengembangkan berpikirkritis.

Ciri khas Kurikulum 2013,yang membedakannya dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya ialah sebagai berikut:
1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2. Sekolah merupakan penggalan dari masyarakat, yang memperlihatkan pengalaman mencar ilmu secara terencana, dimana siswa menerapkan apa yang dipelajari ke dalam masyarakat, dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam aneka macam situasi di sekolah dan masyarakat;
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan aneka macam sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
6. Kompetensi inti menjadi unsur pengikat kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi inti;
7. Kompetensi dasar dikembangkan menurut prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal danvertikal).

Dengan memakai taktik pembelajaran Antropologi pada Kurikulum 2013 di atas dibutuhkan terjadi perubahan dan penyempurnaan pola pikir dan pola kerja para pendidik dalam mengelola pembelajaran Antropologi pada satuan pendidikan.

B. Kompetensi Peserta Didik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Pendidikan Dasar dan Kelompok Ilmu Sosial di Pendidikan Menengah

Secara substansi, kajian-kajian Antropologi termasuk ke dalam rumpun atau kelompok ilmu-ilmu sosial dan humaniora, namun secara manajemen penyelenggaraan peminatan di SMA, Antropologi masuk pada peminatan IlmuBahasa dan Budaya. Berkenaan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi Antropologi menjadi penggalan dari kelompok disiplin ilmu-ilmu sosial.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi salah satu mata pelajaran di pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs), sedangkan di pendidikan menengah (SMA/MA) IPS dikenal sebagai kelompok peminatan bahu-membahu dengan peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA); Bahasa dan Budaya; dan Keagamaan. IPS di pendidikan dasar khususnya SD, bersifat terpadu-integreted alasannya ialah itu pembelajarannya tematik. Pada kelas rendah (I,II dan III) IPS dipadukan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika; pada SD/MI kelas tinggi (Kelas IV, V, dan VI) menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Pada jenjang SMP/MTs, pembelajarannya bersifat terpadu-korelatif, secara materi konsep-konsep ilmu sosial dalam IPS belum terikat pada tema. Pada pendidikan menengah yaitu SMA/MA IPS menjadi kelompok peminatan, yang di dalamnya terdiri atas mata pelajaran yang berdiri sendiri (monodisipliner) yaitu Geografi, Sosiologi, Ekonomi, dan Sejarah.

Setelah mengikuti pembelajaran IPS di pendidikan dasar dan kelompok peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial di pendidikan menengah, penerima didik akan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
• Mengenal dan memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;
• Berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, kreatif, inovatif, kolaboratif dan terampil menuntaskan masalah dalam kehidupan masyarakat;
• Memahami dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan terhadap perkem¬bangan teknologi dan kehidupan insan baik di masa kemudian maupun potensi dampaknya di masa depan bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya
• Memiliki janji dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;
• Berkomunikasi, bekerja sama, dan berdaya saing dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, global; dan
• Mengaplikasikan teori, pendekatan dan metode ilmu-ilmu sosial dan humaniora, dalam penelitian sederhana dan mensosialisasikannya dalam publikasi ilmiah dengan menerapkan teknologi digital.
Kemampuan lulusan tersebut sanggup dirumuskan menjadi tingkatan kompetensi keterampilan sosial pada setiap jenjang ibarat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1. Peta Kompetensi mata pelajaran IPS di pendidikan dasar dan Kelompok Peminatan IPS di pendidikan menengah

D. Kerangka Pengembangan Kurikulum Antropologi

Kerangka pengembangan kurikulum Antropologi pada jenjang SMA/MA dan sederajat disusun dengan pola pengenalan, pemahaman, dan penerapan untuk aspek proses kognitif; dengan ruang lingkup yang makin luas; dan dengan abstraksi yang makin tinggi.

Antropologi ialah ilmu yang mempelajari keanekaragamandan kesamaan insan dan cara hidupnya dalam aneka macam ruang dan waktu secara holistik.Antropologi terdiri dari empat sub-disiplin, yaitu: Antropologi Biologi/Ragawi, Antropologi Linguistik, Arkeologi/Prasejarah, Antropologi Sosiokultural. Pembelajaran Antropologi sanggup membantu siswa memperoleh wawasan yang lebih luas mengenai insan dan cara hidupnya.Berkenaan dengan hal tersebut, tujuan umum dari pembelajaran Antropologi adalah: (1) pembangunan sikap mental toleran, saling menghargai, dan empati; (2) perjuangan untuk mempromosikan nilai-nilai kultural dan pembangunan abjad bangsa sehingga tercipta masyarakat multietnik Indonesia yang rukun, aman, dan damai.

Pembelajaran Antropologi di Sekolah Menengan Atas difokuskan pada topik-topik sebagai berikut: (1) pemahaman konsep-konsep dasar ilmu Antropologi; (2) pemahaman dan kesadaran wacana keanekaragaman budaya, religi, sistem mata pencaharian hidup, sistem politik, sistem kekerabatan dan struktur sosial, kesenian, dan bahasa di Indonesia; (3) menganalisis dan mencerna fakta wacana keanekaragaman; (4) pembangunan sikap mental dan kepribadian yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, empati, dan saling menghargai untuk membangun masyarakat multietnik Indonesia yang rukun, aman, dan damai; (5) tindakan atau upaya mempromosikan nilai-nilai kurltural yang positif untuk pembangunan budaya nasional (national culture); (6) merancang dan melaksanakan taktik kultural bagi pembangunan abjad bangsa.

Seluruh proses pembelajaran di atas juga dimaksudkan biar menghasilkan imbas tidak eksklusif (nurturant effect) terhadap sikap mental dan kepribadian siswa, yaitu siswa dibutuhkan mempunyai keyakinan dan sikap religius, serta etika penghormatan terhadap nilai kultural nasional (national cultural values). Hal kedua yang dibutuhkan dari imbas itu ialah biar siswa memililiki nilai-nilai dan sikap insan Indonesia yang berbudi luhur (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, responsif dan proaktif), toleran, saling menghargai, dan empati.

Siswa dikondisikan biar bisa menjadi warganegara yang berperan aktif dalam membentuk dan membangun masyarakat. Sasaran akhirnya, seluruh siswa dibutuhkan mempunyai sikap mental dan kepribadian dan keterampilan dalam memperlihatkan solusi secara tenang terhadap kejadian-kejadian yang merusak keharmonisan hidup bersama, mencemarkan agama, masalah kerukunan antar umat beragama, dan sikap yang menyimpang terhadap nilai-nilai berbudi luhur, serta memberi pola teladan kepada masyarakat sekeliling dalam berperilaku yang berbudi luhur.

Dengan demikian, mata pelajaran Antropologi tidak hanya dipahami, dikuasai, dihayati, melainkan juga diamalkan oleh siswa dalam membangunmasyarakat yang religius dan berbudi luhur.

Kompetensi Inti, yaitu:

Kelas X Kelas XI Kelas XII
KI-1. Menghayati dan mengamalkan pemikiran agama yang dianutnya KI-1. Menghayati dan mengamalkan pemikiran agama yang dianutnya KI-1. Menghayati dan mengamalkan pemikiran agama yang dianutnya
KI-2. Menghayati dan mengamalkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan memperlihatkan sikap sebagai penggalan dari solusi atas aneka macam permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia KI-2. Menghayati dan mengamalkan sikap jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan memperlihatkan sikap sebagai penggalan dari solusi atas aneka macam permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia KI-2. Menghayati dan mengamalkan sikap jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan memperlihatkan sikap sebagai penggalan dari solusi atas aneka macam permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI-3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural menurut rasa ingin tahunya wacana ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan talenta dan minatnya untuk memecahkan masalah KI-3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif menurut rasa ingin tahunya wacana ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan talenta dan minatnya untuk memecahkan masalah KI-3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif menurut rasa ingin tahunya wacana ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan talenta dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI-4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah aneh terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan bisa memakai metoda sesuai kaidah keilmuan
KI-4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah aneh terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta bisa memakai metoda sesuai kaidah keilmuan
KI-4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah aneh terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara berdikari serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan bisa memakai metoda sesuai kaidah keilmuan

Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, dicapai melalui pembelajaran tidak eksklusif (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi penerima didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan sanggup dipakai sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan abjad penerima didik lebih lanjut.

Untuk memenuhi tuntutan kompetensi sesuai dengan kerangka pengembangan kurikulum antropologi, maka peta materi pembelajaran disusun ibarat gambar berikut:


E. Pembelajaran dan Penilaian

Pembelajaran Antropologi di Sekolah Menengan Atas memakai pendekatan ilmiah berbasis keilmuan (Scientific). Pendekatan ini ialah pendekatan yang dipakai dalam proses pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran yang aktif melalui pengalaman mencar ilmu mengamati, mempertanyakan, mengeksplorasi, menalar/mengasosiasi. Pengalaman mencar ilmu ini sanggup dipadukan dengan berebagai model pembelajaran, seperti: pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan discovery learning.

1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL) bertolak dari masalah nyata yang muncul dalam masyarakat. Siswa mencar ilmu dengan cara menggali/mencari informasi (inquiry) serta memanfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah faktual.Pemecahan masalah dilakukan secara bersama oleh siswa dalam kelompok kerja.

Model pembelajaran ini mempunyai fungsi: (1) siswa membiasakan diri untuk berafiliasi dalam menuntaskan masalah; (2) siswa didorong untuk mempunyai kepekaan terhadap masalah-masalah yang muncul dalam masyarakat; (3) siswa didorong untuk aktif mengemukakan pendapat.

Model pembelajaran ini sanggup dipakai untuk menemukan solusi terhadap aneka macam masalah sosiokultural seperti: konflik antar etnik, konflik antar kelompok agama, kenakalan remaja, radikalisme agama.

2. Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning)
Pembelajaran berbasis proyek dimulai dengan dorongan kepada siswa untuk merancang secara sistematik proyek penelitian sosial kultural dan promosi nilai-nilai kultural yang positif dalam masyarakat.Siswa bekerja dalam kelompok untuk mengerjakan proyek tersebut dan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya.

Model pembelajaran ini mempunyai fungsi: (1) mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi; (2) meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber daya; (3) memperlihatkan pengalaman kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan menciptakan alokasi waktu dan sumber-sumber lain ibarat perlengkapan untuk menuntaskan tugas; (4) mengevaluasi keberhasilan kerja proyek.

Model pembelajaran ini sanggup dipakai untuk merancang suatu penelitian etnografi, mempromosikan nilai-nilai kultural yang positif, mempromosikan nilai kearifan lokal sebagai penggalan kebudayaan nasional.

3. Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning)
Pembelajaran berbasis discovery (penemuan) dimulai dengan memberi dorongan kepada siswa untuk mencari, menyusun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan informasi dan menciptakan kesimpulan baru, penafsiran gres serta cara penyelesaian masalah yang baru. Model pembelajaran ini mempunyai fungsi untuk melatih siswa biar terbiasa berfikir kritis dan kreatif; komunikatif; optimis; dan mandiri.

Model ini sanggup dipakai untuk mendorong siswa bersikap untuk selalu mencari sesuatu yang gres dalam pengembangan kebudayaan Indonesia, tari-tarian kawasan versi baru, seni lukis dan senirupa, seni pertunjukkan, serta nilai-nilai kearifan lokal.

Guru sanggup memgembangkan dan memakai model-model lain yang diubahsuaikan dengan kekhasan masing-masing kompetensi dasar yang akan dicapai.

Penilaian merupakan penggalan dari proses pembelajaran yang dilakukan dalam rangka membina dan mengembangkan kompetensi siswa, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Berikut ini diuraikan beberapa alternatif yang sanggup dipakai dalam proses penilaian pembelajaran Antropologi, yaitu:

1. Penilaian sikap
Penilaian sikap ialah penilaian terhadap kecenderungan sikap siswa sebagaihasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.Penilaian sikap pada proses pembelajaran Antropologi dilakukan melalui observasi terhadap sikap siswa,apakah siswa telah memperlihatkan sikap toleransi, saling menghargai, dan empati. Jika belum terlihat maka guru harus memperlihatkan pembinaan.Guru menggalakkan siswa untuk melaksanakan penilaian diri apakah mereka telah merasa mempunyai sikap toleransi, saling menghargai, dan empati.

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Penilaian terhadap tercapainya kompetensi pengetahuan dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, penugasan, portofolio, dan observasi.Tes tulis sanggup dilakukan melalui uraian dan aneka macam bentuk tes lainya. Tes verbal sanggup dilakukan melalui tanya jawab, kuis, dan presentasi. Penugasan dan portofolio dilakukan melalui resume, dokumentasi kegiatan/karya foto/tulisan/kliping/poster. Observasi sanggup dilakukan selama siswa mengikuti proses pembelajaran. Penilaian kompetensi pengetahuan meliputi konsep-konsep dasar Antropologi, metode penelitian, cara-cara menganalisis, dan teori-teori dasar.

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Penilaian terhadap tercapainya kompetensi keterampilan dilakukan melalui penilaian kinerja/unjuk kerja/praktik, proyek, portofolio, produk yang dilakukan ketika siswa melaksanakan kegiatan observasi lapangan, menonton tayangan, wawancara, membaca literatur, dan menulis laporan. Penilaian keterampilan dilakukan pada ketika siswa melaksanakan acara penelitian, penulian laporan, dan mempresentasikan hasil karya atau laporan.

F. Kontekstualisasi sesuai dengan keunggulan kawasan dan kebutuhan sekolah serta siswa.

Kegiatan pembelajaran Antroplogi pada silabus ini sanggup diubahsuaikan dan diperkaya dengan konteks kawasan atau sekolah, serta konteks global untuk mencapai kualitas optimal hasil mencar ilmu pada penerima didik terhadap Kompetensi Dasar. Kontekstualisasi pembelajaran tersebut biar siswa tetap berada pada budayanya, mengenal dan mengasihi alam dan sosial di sekitarnya, dengan perspektif global sekaligus menjadi pewaris bangsa sehingga akan menjadi generasi tangguh dan berbudaya Indonesia.

Kontekstualisasi dalam pembelajaran Antropologi memperlihatkan pementingan pada pengenalan, pemahaman, pengkajian budaya, adat suku bangsa sendiri, dan budaya dan adat komunitas setempat.Melalui pengkajian ini siswa dibutuhkan sanggup mengenali dan memahami kearifan lokal yang sanggup dipakai untuk menyikap perubahan sosiokultural yang terjadi dalam masyarakat.Untuk itu guru dibutuhkan lebih banyak memakai contoh-contoh materi pembelajaran, media, dan sumber-sumber mencar ilmu yang ada di lingkungan setempat.

II. Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran, dan Kegiatan Pembelajaran

Kelas X
Alokasi waktu: 96 JPL
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.1 Memahami Antropologi sebagai ilmu yang mempelajari keanekaragaman dan kesamaan insan Indonesia dan cara hidupnya secara holistik dalam rangka membangun sikap toleran, empati, dan saling menghargai sehingga tercipta kerukunan nasional.

4.1 Membaca aneka macam literatur dan mendiskusikan hasil bacaan wacana ilmu Antropologi sebagai ilmu yang mempelajari keanekaragaman dan kesamaan insan Indonesia dan cara hidupnya secara holistik dalam rangka membangun sikap toleran, empati, dan saling menghargai sehingga tercipta kerukunan nasional.
• Pengertian wacana Ilmu Antropologi
• Konsep-konsep dasar Ilmu Antrpologi: Budaya (culture); Adat; Kelompok Etnik; Etnosentrisma, Relativisme Kebudayaan (cultural relativism), Emik; Etik; Holistik, Struktur Sosial; Bhinneka Tunggal Ika; Kerukunan nasional; Sikap Mental; Revolusi Mental.
• Sub-disiplin Ilmu Antropologi
• Tujuan, dan manfaat ilmu Antropologi.
Interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa-guru-lingkungan; membaca aneka macam literatur wacana pengertian, konsep-konsep dasar, sub-disiplin, tujuan, dan manfaat ilmu Antropologi.

Mendiskusikan dan mendeskripsikan dalam bentuk lisan, tulisan, dan poster wacana pengertian, konsep-konsep dasar, sub-disiplin, tujuan, dan manfaat ilmu Antropologi.

Menarik kesimpulan wacana manfaat ilmu Antropologi untuk membangun sikap toleran, empati, dan saling menghargai sehingga tercipta kerukunan nasional.

3.2 Mendeskripsikan penggolongan sosial dalam masyarakat Indonesia menurut kriteria tertentu (misalnya: agama, etnik, gender, pekerjaan, desa-kota) dalam rangka menyadari bahwa masyarakat Indonesia beraneka ragam.

4.2 Melakukan kajian lapangan, kajian literatur, dan berdiskusi untuk mendeskripsikan penggolongan sosial dalam masyarakat Indonesia menurut kriteria tertentu (misalnya: agama, etnik, gender, pekerjaan, desa-kota) dalam rangka menyadari bahwa masyarakat Indonesia beraneka ragam.
• Konsep Differensiasi Sosial, yaitu penggolongan masyarakat menurut kriteria: agama, etnik, gender, pekerjaan, desa-kota (disesuaikan dengan ciri khas masing-masing daerah).
• Membangun sikap bijak, kekeluargaan, dan kemanusiaan.


Membaca dan mengobservasi masyarakat etnik sendiri dan/atau komunitas setempat.

Mengidentifikasi kelompok-kelompok dalam masyarakat yang berbeda menurut kriteria agama, etnik, gender, pekerjaan, desa-kota (disesuaikan dengan ciri khas masing-masing daerah).

Mendiskusikan, menganalisis dan menarik kesimpulan wacana persamaan dan perbedaan antar aneka macam kelompok.

Melakukan refleksi untuk menyadari wacana keanekaragaman masyarakat Indonesia sehingga terbentuk sikap bijak, kekeluargaan, dan kemanusiaan.

3.3 Mendeskripsikan strata sosial dalam masyarakat Indonesia menurut kriteria tertentu (misalnya: penghasilan, pendidikan, pangkat) dalam rangka menyadari wacana adanya pelapisan sosial dalam masyarakat Indonesia.

4.3 Melakukan kajian lapangan, kajian literatur, dan berdiskusi untuk mendeskripsikan strata sosial dalam masyarakat Indonesia menurut kriteria tertentu (misalnya: penghasilan, pendidikan, pangkat) dalam rangka menyadari wacana adanya pelapisan sosial dalam masyarakat Indonesia.
• Konsep Stratifikasi Sosial, yaitu pelapisan sosial dalam masyarakat menurut kriteria: penghasilan, pendidikan, pangkat, dan lain-lain (disesuaikan dengan ciri khas masing-masing daerah).
• Membangun sikap bijak, kekeluargaan, dan kemanusiaan.



Membaca dan mengobservasi masyarakat etnik sendiri dan/atau komunitas setempat.

Mendiskusikan strata sosial dalam masyarakat Indonesia menurut kriteria tertentu (misalnya: penghasilan, pendidikan, pangkat) dalam rangka menyadari wacana adanya pelapisan sosial dalam masyarakat Indonesia.

Mendiskusikan, menganalisis dan menarik kesimpulan wacana pelapisan sosial.

Melakukan refleksi untuk menyadari wacana adanya pelapisan sosial sebagai sebuah kondisi yang perlu disikapi dengan bijak, kekeluargaan, dan kemanusiaan.

Kelas XI
Alokasi waktu: 128 JPL
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.1 Menggunakan pengetahuan dasar metode etnografi dalam mendeskripsikan institusi-institusi sosial (antara lain: sistem kekerabatan, sistem religi, sistem politik, sistem mata pencaharian hidup, bahasa, kesenian) dalam suatu kelompok etnik tertentu di Indonesia.

4.1 Melakukan penelitian etnografi/membaca dengan kritis laporan-laporan penelitian etnografi dalam rangka mendeskripsikan institusi-institusi sosial (antara lain: sistem kekerabatan, sistem religi, sistem politik, sistem mata pencaharian hidup, bahasa, kesenian) dalam suatu kelompok etnik tertentu di Indonesia
• Pengertian wacana Metode Etnografi
• Teknik Penelitian Etnografi
• Deskripsi institusi-institusi sosial (antara lain: sistem kekerabatan, sistem religi, sistem politik, sistem mata pencaharian hidup, bahasa, kesenian) dalam suatu kelompok etnik tertentu di Indonesia.
Melakukan penelitian etnografi di lingkungan setempat wacana institusi sosial (antara lain: sistem kekerabatan, sistem religi, sistem politik, sistem mata pencaharian hidup, bahasa, kesenian).

Membaca literatur wacana institusi sosial (antara lain: sistem kekerabatan, sistem religi, sistem politik, sistem mata pencaharian hidup, bahasa, kesenian) dalam masyarakat tertentu.

Mendiskusikan dan mendiskripsikan institusi-institusi sosial (antara lain: sistem kekerabatan, sistem religi, sistem politik, sistem mata pencaharian hidup, bahasa, kesenian) dalam suatu kelompok etnik tertentu di Indonesia.


3.2 Menemukan dan memperlihatkan persamaan dan perbedaan institusi-institusi sosial dalam aneka macam kelompok etnik di Indonesia, biar tercapai pemahaman wacana keanekaragaman dan kesamaan budaya, sehingga terbentuk sikap toleransi, saling menghargai, dan tenggang rasa dalam rangka membangun masyarakat multietnik Indonesia yang rukun, aman, dan damai
4.2 Melakukan pengamatan (observasi), wawancara (interview), membaca literatur yang relevan, dan berdiskusi untuk menemukan persamaan serta perbedaan institusi-institusi sosial dalam aneka macam kelompok etnik di Indonesia, biar terbentuk sikap toleransi, saling menghargai, dan tenggang rasa untuk membangun masyarakat multietnik Indonesia yang yang rukun, aman, dan damai. • Persamaan dan perbedaan institusi-institusi sosial dalam aneka macam kelompok etnik di Indonesia.
• Kesadaran wacana kondisi masyarakat Indonesia yang Multietnik.
Membaca dan mendiskusikan aneka macam laporan etnografi untuk menemukan persamaan serta perbedaan institusi-institusi sosial dalam aneka macam kelompok etnik di Indonesia.

Melakukan kajian komparatif untuk menemukan dan menarik kesimpulan wacana persamaan dan perbedaan institusi-institusi sosial dalam aneka macam kelompok etnik di Indonesia.

Membangun sikap toleran, empati, dan saling menghargai sehingga tercipta masyarakat Multietnik Indonesia yang rukun, aman, dan damai.

3.3 Menemukan nilai-nilai kultural yang disepakati bersama oleh masyarakat Indonesia (misalnya: gotong royong, tolong menolong, kekeluargaan, kemanusiaan, tenggang rasa) dalam rangka membangun sikap toleran, empati, dan saling menghargai sehingga tercipta masyarakat multi etnik Indonesia yang rukun, aman, dan damai.

4.3 Melakukan refleksi/diskusi untuk menarik kesimpulan wacana nilai-nilai kultural nasional Indonesia (misalnya: gotong royong, tolong menolong, kekeluargaan, kemanusiaan, tenggang rasa) dalam rangka membangun sikap toleran, empati, dan saling menghargai sehingga tercipta masyarakat multi etnik Indonesia yang rukun, aman, dan damai.
• Konsep wacana Nilai-Nilai Kultural (cultural values)
• Pewarisan nilai-nilai kultural atau proses sosialisasi dan enkulturasi.
Mendiskusikan dan mendeskripikan nilai-nilai kultural bangsa Indonesia (misalnya: gotong royong, tolong menolong, kekeluargaan, kemanusiaan, tenggang rasa)

Mendiskusikan cara-cara pewarisan nilai-nilai kultural kepada generasi penerus dengan contoh-contoh konkrit dalam bentuk perilaku.

Membangun sikap dengan menyebabkan nilai-nilai kultural Indonesia sebagai pedoman perilaku.


3.4 Memprmosikan nilai-nilai kultural yang disepakati bersama oleh masyarakat Indonesia (misalnya: gotong royong, tolong menolong, kekeluargaan, kemanusiaan, tenggang rasa) sebagai budaya nasional (national culture).

4.4 Membuat acara dan aneka macam model untuk memprmosikan nilai-nilai kultural yang disepakati bersama oleh masyarakat Indonesia (misalnya: gotong royong, tolong menolong, kekeluargaan, kemanusiaan, tenggang rasa) sebagai budaya nasional (national culture). • Nilai-nilai kultural positif yang sanggup dipromosikan sebagai penggalan dari budaya nasional (national culture).
Mengidentifikati (memilih) nilai-nilai kultural yang positif untuk dipromosikan sebagai penggalan dari kebudayaan nasional menurut hasil kajian perbandingan terhadap aneka macam institusi-institusi sosial dalam aneka macam kelompok etnik di Indonesia

Menyusun menyusun taktik untuk mempromosikan nilai-nilai kultural yang positif tersebutdalam rangka pembangunan budaya nasional (national culture).

Kelas XII
Alokasi waktu: 112 JPL

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.1 Memahami dampak positif dan negatif dari perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi terhadap kehidupan sosialkultural masyarakat Indonesia.

4.1 Melakukan pengamatan lapangan, membaca aneka macam literatur/media masa, dan berdiskusi untuk memahami perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi terhadap kehidupan sosialkultural masyarakat Indonesia.
• Konsep-Konsep wacana Perubahan Sosial, Pembangunan Nasional, Globalisasi, dan Modernisasi
• Dampak Perubahan Sosial, Pembangunan Nasional, Globalisasi, dan Modernisasi terhadap kehidupan sosialkultural masyarakat Indonesia.
Membaca aneka macam literatur/media masa, dan berdiskusi untuk memahami konsep-konsep perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi.

Melakukan pengamatan (observasi), mencari dan menemukan gejala-gejala beserta contoh-contoh wacana perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi.

Mengidentifikasi dampak positif maupun dampak negatif dari perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi terhadap kehidupan sosialkultural masyarakat Indonesia.
3.2 Mengidentifikasi, menganalisis dan menilai dampak negatif perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi terhadap kehidupan sosialkultural masyarakat Indonesia (misalnya: sikap koruptif, diskriminatif, pelanggaran HAM, kekerasan dalam rumah tangga, penyalahgunaan narkoba, dan hedonisme).

4.2 Menggunakan pendekatan Antropologi dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai dampak negatif perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi terhadap kehidupan sosialkultural masyarakat Indonesia (misalnya: sikap koruptif, diskriminatif, pelanggaran HAM, kekerasan dalam rumah tangga, dan hedonisme). • Dampak negatif perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi terhadap kehidupan sosialkultural masyarakat Indonesia (misalnya: sikap koruptif, diskriminatif, pelanggaran HAM, kekerasan dalam rumah tangga, penyalahgunaan narkoba, dan hedonisme) sebagai dampak perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi.

Melakukan pengamatan dan/atau diskusi, serta identifikasi wacana dampak negatif perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi terhadap kehidupan sosialkultural masyarakat Indonesia (misalnya: sikap koruptif, diskriminatif, pelanggaran HAM, kekerasan dalam rumah tangga, penyalahgunaan narkoba, dan hedonisme) di lingkungan sekitar.

Melakukan penelitian terhadap dampak negatif perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi terhadap kehidupan sosialkultural masyarakat Indonesia (misalnya: sikap koruptif, diskriminatif, pelanggaran HAM, kekerasan dalam rumah tangga, penyalahgunaan narkoba, dan hedonisme).

Membangun sikap dengan menyebabkan nilai-nilai kultural yang positif dalam menghadapi aneka macam masalah yang muncul sebagai dampak negatif perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi terhadap kehidupan sosialkultural masyarakat Indonesia.
3.3 Merancang taktik kultural menurut sumber-sumber kearifan lokal dan tradisi verbal untuk mengatasi aneka macam dampak negatif dari perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi bagi pembangunan abjad bangsa (nation and character building).

4.3 Membaca literatur, melaksanakan pengamatan (observasi), dan wawancara (interview) untuk merancang taktik kultural menurut kearifan lokal dan tradisi verbal untuk mengatasi aneka macam dampak negatif perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi dalam rangka pembangunan abjad bangsa (nation and character building). • Sumber-sumber Kearifan Lokal (local wisdom) dan Tradisi Lisan
• Strategi Kultural mengatasi sikap negatif.
• Pembangunan Karakter Bangsa (nation and culture building) Membaca literatur, melaksanakan pengamatan (observasi), dan wawancara (interview) untuk memahami sumber-sumber kearifan lokal, taktik kultural, dan tradisi verbal bagipembangunan abjad bangsa.

Melakukan penelitian dan diskusi wacana sumber-sumber kearifan lokal yang sanggup mencegah terjadinya sikap yang bertentangan dengan nilai kultural masyarakat setempat seperti: sikap hidup hemat, kerja keras, menghargai sesama, demokrasi, gotong royong, mendapatkan apa yang terjadi dan lain-lain.

Merancang taktik kultural menurut kearifan lokal untuk mengatasi aneka macam dampak negatif perubahan sosial, pembangunan nasional, globalisasi, dan modernisasi dalam rangka pembangunan abjad bangsa (nation and character building).

Demikian goresan pena tentang

Download Silabus Mata Pelajaran Antropologi Kurikulum 2013 Revisi 2016 Sekolah Menengan Atas MA Sekolah Menengah kejuruan MAK Kelas X, XI, XII

Semoga bermanfaat dan salam sukses selalu





0 Response to "Download Silabus Antropologi K13 Revisi 2016 Sma/Ma/Smk/Mak"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel