Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw: Pembahasan Lengkap
Monday, March 11, 2019
Add Comment
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan salin membantu dalam menguasai pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal” (Isjoni, 2013: 77). Model ini dikembangkan oleh Elliot Aronson, dkk dari Univesitas Texas yang kemudian di pembiasaan oleh Slavin dan dinamakan model Jigsaw (Tijan dan Hasan, 2010: 34). Model pembelajaran jigsaw ini termasuk dalam model pembelajaran kooperatif. Di samping Jigsaw, terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif lain menyerupai STAD, Investigasi Kelompok, TPS, TGT, dan Number Head Together.Model pembelajaran Jigsaw ini dilandasi oleh teori berguru humanistik, alasannya teori humanistik menjelaskan bahwa pada hakikatnya setiap manusiaadalah unik, mempunyai potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang danmenentukan perilakunya (Hamdayama, 2014: 87). “Model pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa berguru dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari problem tertentu dari bahan yang diberikan dan memberikan bahan tersebut kepada anggota kelompok yang lain” (Hamdayama, 2014: 87)
Dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw, terdapat kelompok jago dan kelompok asal. Kelompok asal ialah kelompok awal siswa terdiri atasberapa anggota kelompok jago yang dibuat dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok jago yaitu kelompok siswa yang terdiri atas anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal (Hamdayama, 2014: 88). Peran guru dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw ini yaitu memfasilitasi atau memotivasi para anggota kelompok jago biar gampang untuk memahami bahan yang diberikan.
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw berbeda dengan pembelajaran tradisional. Dalam model pembelajaran biasa atau tradisonal guru menjadi sentra semua acara kelas. Sebaliknya, di dalam model berguru Jigsaw, meskipun guru tetap mengendalikan aturan, ia tidak lagi menjadi sentra acara kelas, tetapi siswalah yang menjadi sentra acara kelas (Isjoni, 2013: 82). Hal ini sejalan dengan pendapat Adams (2013: 68) menyatakan bahwa:
Compared with traditional teaching methods, the jigsaw has several benefits or advantages or importance. First and foremost, most teachers find jigsaw easy to learn because teacher is not the sole provider of knowledge which makes most teachers enjoys working with it because it can be used with other teaching strategies. It works even if only used for an hour per day. Again, it is an efficient way to learn. It enables students take ownership in the work and achievement. Students are held accountable among their peers, also learning revolves round interaction with peers and therefore students are active participants in the learning process and this helps build interpersonal and interactive skills.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa dibandingkan dengan metode pengajaran tradisional, Jigsaw mempunyai beberapa manfaat atau keuntungan. Pertama dan terpenting, kebanyakan guru menemukan Jigsaw gampang untuk dipelajari alasannya guru bukan satu-satunya penyedia pengetahuan yang menciptakan kebanyakan guru menikmati bekerja dengannya alasannya sanggup dipakai dengan taktik pengajaran lainnya. Guru bekerja bahkan jikalau hanya dipakai untu ksatu jam per hari. Sekali lagi, itu ialah cara yang efisien untuk belajar. Hal ini memungkinkan siswa mengambil kepemilikan dalam pekerjaan dan prestasi.
Siswa bertanggung jawab di antara teman-teman mereka, juga berguru berputar interaksi dengan sobat sebaya dan oleh alasannya itu siswa aktif dalam proses pembelajaran dan ini membantu membangun keterampilan interpersonal dan interaktif.
Menurut Huda (2014: 204), dalam Jigsaw guru harus memahami kemampuan dan pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan denah ini biar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Guru juga memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk mengolah isu dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan klarifikasi di atas, sanggup disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Jigsaw intinya merupakan suatu model dimana guru di sini berperan sebagai fasilitator dan memotivasi siswa. Dalam model ini, siswa yang menjadi sentra acara kelas. Selain itu, model ini sanggup melatih siswa untuk mempunyai sikap bertanggungjawab dan melatih siswa untuk berinteraksi dengan sobat satu dengan sobat lainnya.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw
Hamdayama (2014: 88-9) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw yaitu sebagai berikut:(1) Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang.
(2) Tiap orang dalam kelompok diberi subtopik yang berbeda.
(3) Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan subtopik masing-masing dan menetapkan anggota jago yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
(4) Anggota jago dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua subtopik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
(5) Kelompok jago berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut.
(6) Setelah memahami materi, kelompok jago menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan bahan kepada rekan kelompoknya.
(7) Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
(8) Guru menunjukkan tes individual pada simpulan pembelajaran wacana bahan yang telah didiskusikan.
(9) Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang meliputi semua topik.
Sementara Aqib (2013: 21) menyebutkan langkah-langkah dalam model pembelajaran Jigsaw yaitu sebagai berikut:
(1) Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.
(2) Tiap orang dalam tim diberi pecahan bahan yang berbeda.
(3) Tiap orang dalam tim diberi pecahan bahan yang ditugaskan.
(4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub pecahan yang sama bertemu dalam kelompok gres (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub pecahan mereka.
(5) Setelah selesai diskusi sebagai tim jago tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar sobat satu tim mereka wacana subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
(6) Tiap tim jago mempresentasikan hasil diskusi.
(7) Guru memberi evaluasi.
(8) Penutup.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
(1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, alasannya sudah ada kelompok jago yang bertugas menjelaskan bahan kepada rekan-rekannya.
(2) Pemerataan penguasaan bahan sanggup dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
(3) Dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Beberapa hal yang bisa menjadi kekurangan aplikasi model pembelajaran Jigsaw, berdasarkan Roy Killen (1996) dalam Hamdayama (2014: 89-90) yaitu sebagai berikut:
(1) Prinsip utama pembelajaran ini ialah „peer teaching pembelajaran oleh sobat sendiri, ini akan menjadi hambatan alasannya perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa lain.
(2) Apabila siswa tidak mempunyai rasa percaya diri dalam berdiskusi memberikan bahan pada teman.
(3) Record siswa wacana nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat usang untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
(4) Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
(5) Apabila siswa lebih dari 40 maka aplikasi model ini sangat sulit.
Demikian goresan pena wacana model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Semoga menginspirasi dan bermanfaat. Salam sukses selalu!
Sumber: Sangga Ary Winachyu, 2015. PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR SISWA KELAS V SDN 2 KALIORI BANYUMAS MELALUI MODEL JIGSAW BERBANTUAN MEDIA PAPAN BERPAKU. Online Library Unnes. Semarang.
0 Response to "Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw: Pembahasan Lengkap"
Post a Comment